Wednesday, February 22, 2012

Aku dan Merah Putih Mu


&

Aku

Merah Putih-Mu..... !

"Indonesia tanah airku...” lantunan lagu Indonesia Raya terdengar jelas ketika sang merah putih berkibar di angkasa raya dilangit ibu pertiwi. Semua insan dengan sigap-nya memberikan hormat kepada sang kobaran merah putih-itu. Ketika sang, merah putih berada pada ujung kobarannya, suara tegas seorang pemimpin upacara pada pagi itu.

Ketika upacara itu selesai semua insan berhamburan ke kelas, kecuali merah putih itu, ia terus berkibar di teriknya sang surya yang menyengat”Seandainya aku jadi dia aku pasti sudah gak mau di kibarkan”pikir ku dalam hati.

Ku pandangi bendera itu dalam benakku, teringat akan peristiwa pengobaran bendera itu. Dulu ketika warna bendera itu ada goresan biru, saat itu masih berkobarnya perang dengan belanda. Saat itu juga ada seorang pemuda yang dengan gagahnya dengan diam-diam menyobek warna biru itu, (menurut sejarah). Untunglah, sang pemuda itu berhasil dalam peristiwa itu.

“Haaaahh..”kagetan seorang sahabatku, Jame. Aku langsung terbangun dari mimpi-mimpiku dalam angan sejarah.

“Kamu ini sukanya ngelamun, emangnya kamu gak takut kerasukan setan, emang apa sih yang kamu lamunin”

“Kamu lihat gak bendera di atas sana, kamu tahu gak pengorbanannya??”

“Gak...!”

“Makanya kalo pelajaran sejarah, jangan suka tidur dooong”

“Habisnya, pak sari nyeremin mukanya.. hiii.. kayak gerandong siang bolong”

“huuh,, dasar kamu”

“Udah ah males, njelasinnya..!”

Aku langsung menuju kelas karena sudah bel.

Tidak terasa jam pelajaran sudah habis. Dan ada pengumuman bahwa 3 hari kedepan libur karena ada tryout dan lain-lainnya.

Keesokan harinya.

Hari ini adalah hari pertama aku libur, aku masih mengingat akan merah putih itu. Aku rasannya terhipnotis oleh bendera itu, dan masuk dalam pengalaman sejarah ku. Di situ kulihat ada seorang berbrewok, yang kelihatannya tergesah-gesah dengan sesuatu yang ia pegang. “Astaga..”. aku berpikir dia seorang pencuri, atau pembunuh atau teroriiis.. aw pikir ku, yang gak-gak. Ternyata ketika kulihat-lihat tampangnya dia sama seperti orang yang berada dalam kitab sejarah ku. “TJOKRO”... dia langsung menoleh ke arahku, astaga dia langsung meyuruh ku kabur, aku kabur dalm jendela yang terbuka lebar-lebar.

“Dimana aku...?ini dimana? Benarkah ini rumah ku..?”

“Lariiii...” teriak seseorang yang berada dalam rumah yang kelihatan tempoe doeloe. Lagi-lagi dia, Tjokro. Aku langsung berlari bersema orang itu. Suara tembakan terdengar dimana-mana. Aku menangis histeris, tjokro langsung memberikan bendera itu kepadaku, aku rangkul bendera itu sebagaimana merangkul robot gundam ku.

Tiba-tiba, aku terbangun dari mimpi itu. Kubuka mataku perlahan-lahan ternyata aku ada dirumahku. “Ke planet manakah aku tadi??”ucapku yang terheran-heran. Aku makin terkejut ketika ada bendera yang kusam itu disampingku. Aku makin terheran-heran siapa yang seenaknya masuk kamarku. Itu gak masuk akal padahal pintu kamar masih terkunci. Kulihat disitu ada tulisan “Tjokro dan anak kecil”aku berpikir sejenak. Apakah anak kecil yang dimaksud itu “AKU”. Ah gak masuk akal, padahal aku hanya bermimpi. Tak mungkin. Aku langsung menaruh bendera itu dalam almari kecil disamping kamar tidurku. “Astaga,, apa lagi ini, mimpi apa aku semalam?” kulihat ada secarik kertas berbungkus amplop yang sama kusam tergeletak disana. Mungkin ada salah satu dari keluargaku yang menaruh disana, mungkin ia bermaksut menakut-nakuti ku.

Kubaca surat itu dalam hati, sambil duduk di sebuah kursi. “Siapapun yang menemukan bendera ini tolong kibarkan setiap hari meskipun telah kusam. Bendera ini-lah yang membuat Indonesia merdeka dan gunakan bendera ini dalam kebaikan-kebaikan juga bawalah bendera ini terus dalam dekapanmu. Tertanda Tjokro” “Betul” ucap seseorang yang tiba-tiba berada di belakangku. Kubalikkan badanku, ternyata dia adalah seseorang yang berada dalam mimpiku. Dia hanya menebarkan senyuman langsung saja menghilang “enak aja menghilang gak beri salam dulu apa komentar apa langsung aja nyelonong pergi”kata benakku. Keanehan terus saja terjadi. Hingga menjelang larut malam, aku teringat akan pesan itu. Kubuatkan tiang kecil yang setinggi kira-kira 2meter. Dan kukibarkan meskipun di dalam kamarku. Sebelum aku tidur, kuliat ada seseorang dibalik jendela dia adalah Tjokro. Dia berkata terimakasih. Aku tambah kaget, suaranya yang merdu dan enak banget di dengar ternyata pikiranku salah. Dia terlihat garang dengan mukanya yang berewokan, dan gagah sekali tapi sebenarnya ia lemah lembut.

Hari Kedua libur sekolah.

Aku bangun kesiangan, kulihat disampingku, ternyata bendera itu sudah lenyap. Kulihat keluar jendela ada asap hitam mengepul. Perasaan ku tidak enak, ternyata betul ibu ku yang membakarnya, untunglah aku langsung mengambil bendera itu meskipun ada sebagian yang terbakar. Aku, pun memarahi ibuku. Meskipun pada akhirnya aku sendiri yang terkena marah. Sukurlah masih bisa terselamatkan, 5 lingkahku terhenti mengingatkan ku pada tjokro. Apakah ia akan marah padaku? Pikirku dalam hati. Aku langsung menuju kamarku, dan ku bersihkan bendera itu tapi sayang bendera itu disamping kanannya terlihat seperti habis digigit tikus. Mengingat tentang tikus, semalam aku terkejut ketika ada sesuatu yang menggelitik kaki ku, aku terbangun dan kulihat ada tikus disana dan juga ada satu lagi yang berusaha memakan bendera itu. Aku langsung mengusirnya. Yah, untung saja tidak terjadi tapi sayang nasib tragis menimpa bendera itu pada pagi harinya. Aku mulai memasang kembali bendera itu, dan aku juga beritahukan kepada semua orang agar tidak mengambil benderaku. Tapi kecuali satu, ibu-ku, kemana dia. Kata ayah dia sedang pergi kelur entah jam berapa ia pulang.

Keesokan harinya.

Sama seperti kemarin aku bangun kesiangan, tapi agak cepat 5 menit. Kulihat lagi disampingku bendera itu berubah menjadi bagus kembali. Tapi kulihat dibawahnya tak ada tulisan “Tjokro dan anak kecil” aku makin shook.. berarti ada seseorang yang menukarkan bendera ku dengan yang baru. Setelah itu ibu masuk. Dia pun dengan basa-basinya yang agak lama berkata bahwa bendera ku udah di jual ke pasar loakan, aku makin bersedih. Aku takut, aku kena marah sama Tjokro. Akhirnya kuputuskan untuk mncari bendera itu,. Hampir kesemua toko loak yang ada di desaku, tak ada sesuatu yang aku cari. Nasib tragis bendera itu bertambah aku makin kasihan padanya. Aku pun pulang dengan perasaan kecewa capur takut maupun sedih. Kulihat di depan gerbang rumah ku ada Tjokro. Aku pun menceritakan padanya semua yang dialami bendera itu. Dia hanya tersenyum dan berkata “bendera itu sudah berkibar dalam hatimu, selamanya dan selamanya” akupun merasa lega.

By Muhammad Abid As Sarofi


Versi : Indonesia

see my facebook